PERSEDIAAN RUDAL DAN BOM AS MULAI MENIPIS
6 desember 2015
Serangan udara Amerika di Suriah
Misi panjang ISIS dengan intensitas yang semakin meningkat mulai menggerus arsenal Angkatan Udara Amerika. Kini mereka harus mengambil stok bom dan rudal di sejumlah gudang yang ada di berbagai dunia serta mencari uang untuk membeli baru guna mengisi gudang yang mulai menipis.
“Kami dalam upaya membunuh teroris,” kata Sekretaris Angkatan Udara Deborah Lee James dalam pernyataan Kamis 3 November 2015. “Kita perlu mengisi persediaan amunisi kami. Pembuatan senjata tidak bisa cepat tetapi membutuhkan waktu bertahun-tahun setelah kontrak diberikan,” katanya.
Angkatan Udara melaksanakan pemboman di Suriah dan Irak dengan menggunakan berbagai pesawat. Dari drone predator hingga bomber besar B-1. Angkatan Laut dan Marinir serta sejumlah negara ikut dalam misi tersebut.
Intensitas serangan juga terus meningkat. Juru Bicara Operasi Inherent Resolve Kolonel Steve Warren mengatakan pada bulan Juli dan Agustus 2015, setengah dari pesawat tempur kembali ke pangkalan dengan senjata masih utuh. Pada bulan Oktober, 60 persen dari pesawat melepaskan senjatanya ke sasaran dan jumlah ini meningkat menjadi 65% pada November.
“Kami menyerang ISIS di berbagai bidang,” kata Warren. “Kami sudah menyerang para pejuang mereka di Suriah dan Irak, kita memukul kemampuan mereka untuk membiayai operasi ilegal mereka.”
USA Today melaporkan Jenderal Angkatan Darat Lloyd Austin, yang mengawasi kegiatan militer Amerika di Timur Tengah, memperkirakan bahwa perang udara telah menewaskan 23.000 pejuang ISIS. Namun Pentagon tidak merilis data warga sipil yang menjadi korban.
Selama ini pemboman masih menggunakan logistik senjata yang ada di dalam negeri Amerika Serikat. Hal ini menjadikan persediaan di dalam negeri berkurang drastis. “Sebagian besar rudal dan bom telah diambil dari dari depot dalam negeri, menjadikan kita kekurangan persediaan,” kata Letnan Kolonel Chris Karns, seorang juru bicara Angkatan Udara sebagiamana dikutip Military Times Kamis. Angkatan Darat juga telah memberi beberapa rudal Hellfire, senjata utama pada drone.
Dia mengatakan, pada tahun fiskal 2015, Kongres menyetujui tambahan US$ 400 juta untuk 4.000 rudal Hellfire. Jumlah ini, menurut Loren Thompson, seorang konsultan industri pertahanan dan analis militer di Lexington Institute masih sangat kurang.
“Kongres telah membatasi anggaran pertahanan sejak 2012, dan Pentagon telah mencoba untuk menyimpan uang pembelian amunisi dan rudal,” kata Thompson. “Perang udara AS terhadap ISIS sebenarnya tidak inten, jadi jika persediaan rudal semakin rendah itu menunjukkan memang jumlah yang dibeli tidak cukup. Selalu ada godaan untuk berhemat pada pembelian amunisi dan rudal di masa damai, tapi dapat memunculkan masalah ketika ancaman muncul.”
0 Response to "PERSEDIAAN RUDAL DAN BOM AS MULAI MENIPIS"
Post a Comment