Kelakuan miring para SPG bikin geleng-geleng kepala

4 Kelakuan miring para SPG bikin geleng-geleng kepala

1.
Jadi pecandu narkoba

Jajaran Polresta Kota Yogyakarta mengamankan tiga SPG (sales promotion girl) pengguna narkotika jenis sabu, Jumat (2/10). Ketiganya tertangkap ketika polisi tengah melakukan operasi Narkoba Progo 2015.

Kasat Narkoba Polresta Kota Yogyakarta AKP Sugeng Riyadi mengatakan, ketiga tersangka yaitu ST (30) DW (27) dan OU (23) merupakan SPG sebuah even di Yogyakarta.

"Petugas pertama kali mengamankan ST, setelah dilakukan pengembangan, kita dapatkan dua nama lagi yang merupakan teman tersangka," katanya pada merdeka.com, Rabu (7/10).

Sugeng mengungkapkan saat ditangkap, ST sedang mengonsumsi narkoba di indekos. ST, DW dan OU mengaku menggunakan barang haram itu untuk menghilangkan galau.

"Mereka biasa mengonsumsi narkotika jenis sabu pada saat galau, sedang banyak pikiran dan masalah," tambahnya.

Polisi pun berhasil mengamankan barang bukti berupa sebuah amplop berisi 1 buah pipet kaca dan potongan plastik bening bekas pembungkus sabu. Selain itu juga botol air mineral ukuran 600 ml yang terdapat dua lubang pada ujung tutup botol, korek gas, sebuah sendok, sedotan warna kuning, sebuah potongan sedotan ukuran besar dan sebuah ponsel Samsung warna putih.

"Tiga tersangka kami jerat Pasal 111 ayat 1, Pasal 127 ayat 1a Jo Pasal 132 ayat 1 UU RI No 35 tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara dan denda Rp 8 miliar," ungkapnya.

2. Terlibat pencurian

Empat pelaku pencurian dan kekerasan bermodus pelacuran online dibekuk anggota Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya, Jawa Timur, Selasa (29/9). Aksi ini melibatkan dua Sales Promotion Girl (SPG) berkedok sebagai PSK.

Empat pelaku adalah dua warga Dukuh Kupang, Surabaya yang berperan sebagai PSK yaitu Feni (28) dan Fafa (23). Kemudian Findy (40) warga Jalan Rajawali, bertugas mencairkan isi ATM korban, dan Marfuat (27), warga Margorukun, bertugas menjual perhiasan korban.

Menurut Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Takdir Mattanete, saat menjalankan aksinya, komplotan ini mencari mangsa melalui aplikasi komunikasi WeChat. Mereka berkedok menawarkan PSK dengan banderol Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu sekali kencan. Setelah terjadi kesepakatan harga, dua SPG berperan sebagai PSK bertemu di sebuah hotel.

"Dua SPG ini bergantian, jika satunya yang mendapat tugas melayani korban, maka SPG satunya bagian mengantar. Begitu juga sebaliknya," kata Takdir di Mapolrestabes Surabaya.

Setelah pelaku dan korban berada dalam kamar hotel, lanjut Takdir, pelaku menawarkan obat kuat seharga Rp 8 ribu kepada korban, sebelum memulai permainannya. "Dan pelaku pura-pura mandi dulu, biar segar sambil menunggu reaksi obat kuat, yang sebenarnya adalah obat bius agar korban pingsan," ucap Takdir.

Ketika korban tak sadarkan diri, pelaku langsung menguras seluruh harta benda korban lalu pergi meninggalkan kamar hotel, dan menemui ketiga rekan-rekannya. "Jadi empat tersangka ini memiliki peran masing-masing. Dua berperan sebagai PSK, yang dua lagi berperan mencairkan uang di ATM korban dan menjual semua perhiasan korban," ucap Takdir.

Saat ini, lanjut Takdir, pihaknya sudah mendapat laporan dari lima korban. Bahkan, salah satu korban ada yang sempat dirawat di rumah sakit akibat dibius para tersangka.

3.
Salah gunakan seragam Polisi

Sales Promotion Girl (SPG) identik dengan memakai pakaian seksi ketika menawarkan produk. Perpaduan tubuh, pakaian seksi dan wajah yang cantik merupakan nilai jual untuk menarik minat pembeli.

Namun, yang terjadi di Samarinda adalah sebaliknya. Dua SPG cantik harus berurusan dengan polisi karena pakaian yang mereka kenakan. Dalam sebuah pameran mobil mewah di salah satu mal di Samarinda, dua SPG tersebut memakai pakaian polisi sangat seksi dengan memperlihatkan pusar mereka.

Tak ayal wanita-wanita cantik itu mengundang reaksi heboh sehingga dilaporkan kepada polisi. Kabid Humas Polda Kalimantan Timur Kombes Pol A Wisnu membenarkan peristiwa tersebut.

"Benar (ada SPG berpakaian polisi seksi)," kata Wisnu saat
Wisnu pun menjelaskan, jika hal itu bukan masalah keseksian dua SPG akan tetapi terkait baju polisi yang digunakan secara seksi. Menurutnya, itu pelecehan terhadap institusi polri dan harus ditindak.

"Itu pelecehan terhadap institusi polri," katanya.

Nyambi jadi pelacur

 Cerita miring mengenai para SPG sudah bukan rahasia umum. Profesi sebagai SPG kerap dikaitkan dengan hal negatif.

Pemilik FP agensi, Firnas Prawira (29) mengungkapkan memang ada SPG yang bersedia 'dipesan' setelah selesai mengisi acara. Namun, jumlah SPG plus-plus itu jauh lebih sedikit dibanding mereka yang mengedepankan profesionalisme menjadi SPG.

Alasan klasik para SPG plus-plus itu sudah bisa ditebak ingin mendapatkan penghasilan lebih. Nilai jual para SPG plus-plus tergolong fantastis. Anda yang berkantong tipis jangan berharap bisa mendapat service dari mereka.

"Short time bisa Rp 3,5 juta sampai Rp 5 juta," kata Firnas kepada merdeka.com. FP Agensi biasa menyediakan jasa SPG, SPG, MC dan model.

Nilai itu melonjak dua kali lipat jika sang pemesan ingin membooking SPG satu hari penuh. Sebagai perantara, Firnas mengaku hanya berperan memperkenalkan. Jika ada biaya tambahan itu kesepakatan antara si SPG dan pemesan.

"Biasanya kalau long time Rp 5 juta sampai Rp 10 juta," ungkapnya. Mereka yang memesan adalah om-om dan cukong-cukong berduit.


Related Posts:

0 Response to "Kelakuan miring para SPG bikin geleng-geleng kepala"

Post a Comment